MURIDKU TERJANGKIT PSIKOSOMATIS




Sekali lagi, hari ini Hafidz tidak masuk. Entah ada apa dengannya. Sudah beberapa kali ia tidak masuk kelas. Ketika kutanyakan kepada teman-temannya, jawaban yang saya dapatkan tidak jelas. Ada yang bilang sakit, ada yang bilang bolos, lebih banyak lagi yang bilang tidak tahu.
Hafidz bukan anak yang nakal, cenderung tidak pernah membuat masalah. Bahkan ia termasuk anak yang paling pintar di antara teman-temannya. Malah kalau boleh dibilang ia anak yang paling rajin, paling alim, selalu mendapat nilai tertinggi. Memang terkadang ia suka mengeluh tentang teman-temannya yang baginya sangat ramai dan suka mengganggu.
Saya mengenalnya sejak ia masih duduk di bangku SD kelas 6. Kebetulan ia menlanjutkan sekolah di SMPIT yang masih satu komplek dengan SDIT tempat ia dulu sekolah. Kepandaiannya memang sudah nampak sejak ia di SD. Beberapa kali mengikuti perlombaan antar SD se-Jawa Timur. Lulus SD dengan nilai tertinggi. Lancar membaca Al Quran bahkan telah hafal juz 30 dan sebagian juz 29.
Saya mulai merasakan gejala permasalahan padanya akhir-akhir ini, ketika ia mulai sering mengeluh sakit kepala dan akhirnya mulai sering tidak masuk kelas. Dan ini sudah hari ke-7 ia tidak masuk kelas. Ada apa? Beberapa hari kemudian, teman-temannya memutuskan untuk menjenguk Hafidz. Dan saya berharap akan mendapatkan info keesokan harinya.
Ketika saya memasuki kelas 7, sekali lagi saya tidak melihat Hafidz. Saya bertanya kepada teman-temannya. Mereka bilang kalau hafidz tidak apa-apa. Malah kemarin mereka sempat main Playstation bersama. Saya tambah bingung. Ya sudahlah, akhirnya saya memilih untuk tidak memikirkannya dulu.

Tanpa sengaja, saya bertemu dengan ayah hafidz di sebuah pengajian umum. Kemudian saya mengobrol panjang lebar dengan beliau. Membicarakan masalah hafidz. Dari ayahnya saya tahu bahwa setiap pagi kisaran jam 6, hafidz selalu mengeluh pusing dan badannya demam. Tetapi yang membuat ayahnya heran adalah keluhan dan demam itu akan hilang dengan sendirinya ketika sudah menginjak jam 9, dan nanti akan muncul lagi ketika sore. Pikiran saya langsung mengingat masa lalu saya ketika di bangku SMP. Saya dulu sering tiba-tiba pusing dan demam jika di hari itu ada jadwal pelajaran ekonomi dan bahasa Indonesia, dua pelajaran yang tidak saya sukai. Saya curiga hafidz seperti saya dulu. Terkena Psikosamatis.
Psikosomatis berasal dari kata Psiko yang artinya pikiran dan soma yang artinya tubuh. Psikosomatis bisa diartikan penyakit yang timbul yang disebabkan oleh kondisi mental atau emosi seseorang. Penyakit ini juga disebut penyakit akibat stress. Untuk bisa menyembuhkan harus dengan konseling untuk mengetahui beban pikiran yang membuat ia sakit secara fisik yang sang penderita sendiri tidak menyadarinya.
Dengan pengalaman saya yang dulu pernah terjangkit penyakit yang sama, saya ingin melihat Hafidz sembuh dari penyakitnya. Yang pertama, saya harus menyampaikan pendapat saya terhadap ayahnya, mulai dari pengalaman saya hingga kesimpulan saya terhadap kasus Hafidz. Ayahnya pun akhirnya mulai banyak bercerita tentang keluhan hafidz setiap pulang sekolah tentang teman-temannya yang suka ramai sendiri, tidak memperhatikan guru, suka mencontek jawabannya yang semua itu tidak terlalu didengarkan oleh ayahnya. Saya mulai mendapat titik terang mengapa ia bisa seperti itu.
Dalam penanganan kasus seperti yang terjadi pada Hafidz, sebenarnya tidak mudah untuk mengatakan bahwa ia terkena Psikosomatis. Karena untuk mengenali psikosomatis tidak mudah. Hanya kebetulan apa yang dialami oleh hafidz juga pernah saya alami sehingga saya bisa langsung terpikir bahwa ia terkena psikosomatis.
Berikut adalah beberapa hal yang harus kita lakukan jika kita menemukan kasus anak yang terjangkit psikosomatis:
Pertama, yang harus kita lakukan adalah mengenali permasalahan yang sedang dialami siswa. Ini tidak hanya berlaku pada penderita psikosomatis, tetapi juga pada setiap anak yang sedang bermasalah. Seperti yang saya lakukan ketika mendapati ketidakwajaran Hafidz. Dengan menggali info dari teman-teman dan keluarganya, saya bisa mengenali permasalahan yang dialami hafidz.
Kedua, setelah kita mengetahui dan menyimpulkan permasalahan, pastikan kita mengajak memberitahu kepada orangtua, sehingga nantinya orangtua mempunyai pemahaman yang sama dalam kasus anaknya. Apalagi dalam kasus psikosomatis kita perlu tahu penyebab penyakit itu yang ada kemungkinan disebabkan permasalahan diluar sekolah.

Setelah dengan berbagai pendekatan, berbicara banyak dengannya, mengkondisikan teman-temannya, meminta teman-temannya untuk mengunjunginya, Hafidz pun kembali masuk kelas. Saya sangat berterima kasih kepada teman-temanya yang menurut saya sangat perhatian dan peduli. Alhamdulillah, sekarang Hafidz sudah lulus SMP dan menjadi anak yang bisa menerima temannya, bahkan mampu mengajak teman-temannya untuk belajar bersama.


 *tulisan tercantum pada buku "EMPATI GURU UNTUK BANGSA"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suatu Masa

AKU PEDULI KARENA AKU EGOIS